Selasa, Januari 04, 2011

Lonceng Kematian di Jaman Belanda



Soli Deo Gloria, demikian nama lonceng itu. Lonceng besar yang menggantung di atap menara stadhuis (balai kota) Batavia di sekitar abad 18 itu terkesan begitu mengerikan. PAsalnya setiap kali lonceng ini berbunyi, itu pertanda ada tawanan, yang dinilai jahat oleh Pemerintah Belanda kala itu, yang akan menemui ajal dihukum gantung.

Siang, beberapa hari lalu, Warta Kota mencoba naik ke menara yang kini jadi menara Museum Sejarah Jakarta (MSJ). Bagian menara memang tidak dibuka untuk umum karena kondisi atap gedung dan menara tak lagi memungkinkan dilewati banyak orang. Ruangan di menara di mana lonceng berada juga sempit. Untuk sampai di atas menara, orang harus melewati dua tangga yang curam.


Sampai di atas menara, Warta Kota menemukan sebuah alat penggerak kuno yang sudah lama tak terpakai. Pada alat itu menggantung semacam bandul. Lonceng yang terbilang kecil menempel di bagian atas. Di dekat lonceng ini ada besi yang dikaitkan dengan engkol. Jika engkol ditarik kemudian dilepas, maka besi tadi akan memukul lonceng. Bunyinya tak sebanding dengan cerita-cerita masa lalu, di mana saat “Lonceng Kematian” ini berdentang, pertanda rakyat akan menyaksikan malaikat pencabut nyawa menggantung pesakitan.

Lonceng ini akan dibunyikan untuk memanggil semua warga di dalam maupun di luar tembok Batavia untuk menyaksikan hukuman gantung.

Lonceng yang bertuliskan Soli Deo Gloria dari abad 18 itu terbuat dari besi dengan bentuk kokoh. Lonceng buatan tahun 1742 itu rasanya sudah tak jelas keberadaannya. Di masa Gubernur DKI Ali Sadikin, 1973, gedung bekas balai kota ini mengalami pemugaran besar-besaran.Sayangnya, tak ada data yang menyebutkan bagian mana saja yang sudah dipugar dan diganti dengan material baru.

Menurut arkeolog yang juga Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kota Tua Candrian Attahiyyat, kemungkinan besar lonceng pun ikut diganti. “Lonceng yang sekarang kan kecil. Kemungkinan sudah mengalami perubahan sejak sebelum 1973, tapi bisa juga pada saat pemugaran besar tahun 1973,” ujarnya.

Dalam buku “Dari Stadhuis ke Museum” , Hans Bonke dan Anne Handojo menyebutkan, tanggal 25 Januari 1707, Petronella Wilhelmina, putri Gubernur Jenderal Joan van Hoorn (1704-1709) meletakkan batu pertama. Menara kecil dipasang di atas atap dan lonceng dipasang kembali di sisi bordes. Dalam catatan lain, lonceng dibikin tahun 1742, itu artinya selama abad 18 saja sudah terjadi perubahan. Bisa jadi lonceng kematian dibikin setelah terjadi pembantaian orang China pada 1740. Eksekusi terakhir yang mengikutsertakan lonceng kematian terjadi pada 1896. Tjoen Boen Tjeng dihukum gantung karena terlibat dalam penjarahan.

Buku ini juga mencatat, setelah tahun 1870 para juru foto dari Woodbury & Page yang membuat foto-foto pertama di Batavia menunjukkan bahwa bagian depan stadhuis sudah banyak berubah dalam 20 tahun terakhir.Sayang perubahan yang terjadi di sepanjang abad 18, 19, hingga 20 tak banyak tercatat secara detil. (kompas.com)

http://www.taukahkamu.com/2010/11/lonceng-kematian-di-jaman-belanda.html

Reddit
Digg
Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 Comments:

Posting Komentar

Arsip

Mengenai Saya

About This Blog

Blog ini adalah kumpulan artikel tentang berita, hal unik, sejarah, legenda, misteri dan fenomena baik yang sudah terpecahkan maupun yang masih diteliti dan pedebatan, dan legenda legenda.

Isi dari artikel adalah hasil penyuntingan dan penterjemahan dari artikel yang sudah ada diinternet. Kami hanya ingin mendedikasikan blog ini untuk penyebarluasan ilmu yang semoga bermanfaat dan dapat menjadi bahan renungan untuk pembaca bahwa masih banyak misteri/fenomena yang belum terjamah oleh pemikiran manusia dan sesungguhnya semua ilmu adalah milik Allah S.W.T.

Pemikiran tentang keberadaan manusia di alam semesta adalah rahasia-Nya, tetapi manusia diberi akal & pikiran untuk terus menimba ilmu bermanfaat darimanapun ilmu itu berasal.

Postingan di blog ini boleh di copy atau disebarluaskan asal dicantumkan link sumbernya.
 

Pristianpedia™ Copyright © 2010 LKart Theme is Edited by Pristian Hendra Pradana